Hetifah: Tingginya Minat Baca, Tak Didukung Ketersediaan Bahan Bacaan

  • Bagikan
hetifah
Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudiah. //Net
image_pdfimage_print

Realitarakyat.com – Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian mengapresiasi kegiatan bedah buku bernama ‘Bicara Buku’ yang digelar oleh Bagian Perpustakaan Sekretariat Jenderal (Setjen) DPR RI dengan mengambil tema “Kesantunan Berbahasa : Kajian Nilai Moral, Etika, Akhlak, Karakter dan Manajemen” yang ditulis oleh Guru besar dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Sofyan Sauri.

“Saya sangat senang diskusi, bedah buku ini, apalagi dilakukan di Perpustakaan DPR RI, sehingga bisa sekaligus menikmati suasana perpustakaan yang nyaman. Saya berharap mudah-mudahan diskusi buku ini bisa dilakukan secara periodik oleh Perpustakaan DPR RI,” ungkap Hetifah, dalam sambutannya di acara Bicara Buku di ruang perpustakaan DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (24/5/2022).

Dijelaskan Politisi fraksi Partai Golkar ini, sejatinya minat baca dan indeks literasi di Indonesia dari tahun ke tahun meningkat. Sayangnya hal itu tidak didukung oleh ketersediaan bahan bacaan yang mumpini dan membuat hasrat minat baca masyarakat tersalurkan. Perbandingannya 1 banding 90, artinya satu buku yang dibaca oleh 90 orang.

Sementara terkait dengan buku yang ditulis berdasarkan disertasi Sofyan Sauri itu, Hetifah mengungkapkan bahwa buku tersebut sangat bagus dan direkomendasikan untuk semua orang, tidak terbatas guru atau tenaga pendidik.

Pasalnya buku tersebut mengajarkan kita bagaimana cara kita mengkomunikasikan sesuatu dengan bahasa kita, tidak hanya dengan benar, namun dengan cara yang santun dan beretika.

“Indonesia menjadi salah satu bangsa yang dikritik oleh negara lain dianggap tidak sopan dan tidak beretika. Banyak isi dari yang disampaikan menjadi berita yang sifatnya provokatif dan penuh dengan ujaran kebencian. Ini yang hatus diatasi salah sataunya, dengan mendidik anak-anak kita sejak dini bagaimana cara berbahasa yang baik dan benar, santun dan beretika,” jelasnya.

Penulis dianggap berhasil mengangkat permasalahan berbahasa menjadi permasalahan utama dalam pendidikan. Menurut penulis, bahasa sebagai alat komunikasi manusia sejak awal penciptaannya dan harus dikembangkan dalam perspektif Islam.

Di sisi lain penulis juga memaparkan bagaimana deskripsi pentingnya menggunakan bahasa sesuai dengan moral, nilai dan agama. Tidak hanya itu penulis juga mencoba menelusuri hakikat manusia, makna pendidikan dan poendidikan bahasa, serta kesantunan berbahasa menurut perspektif Islam.

Bahkan penulis juga menyoroti fenomena berbahasa di kalangan remaja dan strategi pembinaannya yang diambil dari hasil penelitiannya secara langsung. Dalam kesempatan itu ia juga memaparkan aplikasi nilai kesantuannan di pesantren.

Dalam kesempatan itu Wakil Ketua DPR RI Kordinator bidang Kesejahteraan Rakyat Periode 2014 – 2019, Fahri Hamzah, yang ikut menjadi pembicara dalam diskusi tersebut mengungkapkan bahwa buku ini lebih kepada menuntun dunia akademik tentang bagaimana mengajarkan berbahasa.

Berbicara bahasa, menurutnya, tidak terlepas dari sejarah umat manusia. Dalam Islam, Fahri menukilkan, bagaimana Nabi Adam diajarkan nama-nama, yang kemudian dari kata-kata tersusun kalimat dan bahasa. Bahkan sejarah setiap kata pun dijelaskan.

“Saya juga ingin memberi masukan kepada penulis untuk menambahkan bab tersendiri dalam buku tersebut, untuk memaparkan bahwa bahasa menjadi salah satu sarana dalam berkomunikasi politik dan komunikasi publik untuk mencapai sebuah kebenaran,” katanya. (ndi)

  • Bagikan