Haedar Nashir Sentil Pembangunan Kota Megah Jadi Ambisi Berlebihan Para Pengambil Kebijakan

  • Bagikan
semua
Ketum Muhammadiyah Haedar Nasir/Net
image_pdfimage_print

Realitarakyat.com – Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir menyentil pembangunan kota-kota megah sebagai ambisi berlebihan dari pengambil kebijakan.

Menurut Haedar, ambisi ini hanya akan menghasilkan kerusakan alam dan lingkungan. Lebih jauh, bahkan ambisi pembangunan pemerintah dapat menjadi ancaman bagi Bumi.

“Tapi rumah ini tidak bisa kita rawat bersama karena ambisi-ambisi berlebihan dari para pengambil keputusan ingin membangun legacy,” ujar Haedar dalam diskusi daring Pra-Muktamar Muhammadiyah, Sabtu (9/4).

“Ingin membangun mercusuar, kota hebat, pembangunan yang raksasa, dan segala macam bentuk legacy, kekuasaan yang sesungguhnya sadar atau tidak sadar karena tidak sama dalam mencermati kondisi alam,” sambungnya.

Haedar membandingkan kondisi ini dengan buku The Uninhabitable Earth karya David Wallace yang bercerita tentang masa depan ketika bumi tidak lagi bisa dihuni oleh manusia. Dalam buku itu, disebutkan manusia masa kini sebagai manusia yang berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), namun justru sangat pragmatis.

“Manusia di era ini dengan segala alam pikirannya yang post-modern, modern, berparadigma iptek, tapi sangat instrumental dan pragmatis tadi,” tutur Haedar.

Lebih jauh, menurut Haedar, dampak dari pembangunan yang masif adalah munculnya perubahan iklim yang menjadi ancaman. Haedar menilai, perubahan iklim ini bahkan dapat menjadi ancaman yang melebihi bom dan produk dari hasil manusia langsung.

“Kita bisa menyaksikan langsung berbagai bencana alam yang tidak lagi alamiah, badai, kelaparan, laut yang sekarat, udara yang tidak dapat dihirup. Wabah akibat pemanasan global, bahkan ambruknya ekonomi,” papar Haedar.

“Terjadinya konflik akibat iklim semuanya terkait dengan perubahan iklim global hasil dari atau produk negatif dari kebijakan-kebijakan manusia di berbagai negara,” lanjutnya.

Pada dampak yang lebih ekstrem, Haedar mengutip David Wheels, bahwa kehidupan di Bumi kini berada di ambang kepunahan.

“Menyerupai kiamat. Kita ingat pada the day after, manusia tidak dapat memilih planet karena inilah tempat satu-satunya alam semesta yang dapat disebut sebagai homes, rumah kita,” pungkas Haedar.[prs]

 

  • Bagikan