Toleransi Berbasis Kearifan Lokal di Papua Dinilai Pengamat Sudah Baik

  • Bagikan
Biak Numfor
Anak-anak Papua. DOK/NET
image_pdfimage_print

Realitarakyat.com – Akademisi sekaligus Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Fattahul Muluk Papua Prof Idrus Alhamid mengatakan toleransi berbasis kearifan lokal di Tanah Papua sudah baik.

“Perjumpaan agama-agama di Papua selama ini melahirkan keharmonisan, kebersamaan, dan toleransi yang cukup baik,” kata dia, melalui keterangan tertulisnya, Jumat (31/7/2021).

Ia mengatakan dengan memahami topografi masyarakat Papua yang tinggal di wilayah pesisir, rawa, lereng gunung, dan pegunungan hal itu melahirkan kearifan lokal masing-masing dan mampu membangun kehidupan yang penuh toleransi.

“Keberadaan agama justru menjadi bagian yang tidak menjadi pembeda,” ujar tokoh agama di Bumi Cenderawasih tersebut.

Bahkan, kata dia, dalam beberapa kesempatan, kegiatan keagamaan dijadikan sebagai agenda bersama meskipun dengan latar belakang agama yang berbeda.

Meskipun terkadang terjadi gesekan antara masyarakat adat dan metropolis, pribumi dengan perantau, dan politisasi identitas, namun Idrus Alhamid telah merintis pencanangan zona integritas kerukunan umat beragama dan melakukan penguatan toleransi berbasis kearifan lokal.

“Yang terpenting jangan menyakiti jika tidak ingin disakiti,” ujarnya.

Senada dengan itu, tokoh agama di Papua, Safar Furuada mengatakan secara umum hubungan toleransi di Papua sudah cukup baik yang tercermin dalam kehidupan sosial, antarsuku, agama, dan golongan.

Sebagai contoh, jika umat Muslim membangun masjid dan dibantu masyarakat non-Muslim, maka hal tersebut sudah lumrah terjadi.

“Bahkan, kadang-kadang mereka tersinggung kalau hajat mendirikan bangunan mereka tidak diundang,” kata dia.

Sebab, katanya, masyarakat di Papua sudah merasa satu persaudaraan sebagaimana semboyan “satu tungku tiga batu” yang sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Papua. (ndi)

  • Bagikan