Syarief Hasan Soroti Lemahnya Perekonomian Indonesia di Masa Pandemi Covid-19

  • Bagikan
Syarief Hasan Soroti Lemahnya Perekonomian Indonesia di Masa Pandemi Covid-19
Wakil Ketua MPR Sjariefuddin Hasan (Syarief Hasan). //NET
image_pdfimage_print

Realitarakyat.com – Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi Partai Demokrat Syarief Hasan menyoroti lemahnya perekonomian Indonesia di masa pandemi Covid-19. Status perekonomian Indonesia juga menurun ke level menengah bawah.

Syarief mengulas, pada kuartal I tahun 2021 pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terkontraksi di angka minus 0,74 %, lebih rendah dibandingkan China (18,3 %), Amerika Serikat (6,4 %), Korea Selatan (1,7 %), India (1,6 %), dan Vietnam (4,48 %).

Syarief meminta pemerintah untuk lebih tegas menangani pandemi dengan kebijakan yang lebih holistik dan sistemik.

“Selama ini pemerintah terkesan parsial dan tidak pernah tuntas membedah dan antisipasi penanganan pandemi Covid-19. Maka tidak mengherankan jika kesehatan tetap memburuk, ekonomi juga ambruk,” sebut Syarief, Senin (12/7/2021).

Mantan Menteri Koperasi dan UMKM pada era Presiden SBY ini menyoroti fundamental ekonomi Indonesia yang dalam kondisi kurang baik. Pada akhir Mei 2021, jumlah utang Indonesia mencapai Rp 6,418 triliun, sehingga debt service ratio terhadap penerimaan (DSR) berada di angka 46,77 %, lebih tinggi dari batas yang ditetapkan aman oleh IMF 35 %.

Penerimaan pajak yang terkontraksi 19,7 %, serta defisit APBN 6,09 % pada 2020, ulas Syarief, membuat ruang fiskal menjadi sangat terbatas. Menurut Syarief, menyalahkan pandemi atas kemerosotan ekonomi adalah bentuk penyangkalan dan tidak bijak.

“Toh semua negara terkena dampak pandemi, tetapi pertumbuhan ekonomi mereka kini justru mulai menunjukkan perbaikan secara signifikan, sementara Indonesia malah masih terkontraksi negatif. Akibatnya Indonesia sekarang status kita terdegradasi sebagai negara berpenghasilan menengah rendah (lower middle income). Kita patut prihatin, dan kapan kita bisa naik lagi ke middle income Upper?,” papar Syarief.

Sebagai informasi, Bank Dunia mengklasifikasi ekonomi negara di dunia ke dalam empat kelompok pendapatan berdasarkan pendapatan nasional bruto (PNB) per kapita. PNB per kapita Indonesia menurun dari US$ 4050 pada 2019 menjadi US$ 3870 pada 2020.

Syarief menambahkan tantangan Indonesia semakin berat karena terjadi lonjakan kasus Covid-19 beberapa waktu belakangan.

“Di saat banyak negara mulai menata dirinya, perekonomian Indonesia justru belum pulih dan ekonomi Rakyat semakin sulit untuk bangkit dan akhirnya Rakyat yang menjadi korban,” tukas Syarief.[prs]

  • Bagikan