Romo Benny: Pancasila Perlu Diaktualisasikan dengan Bahasa Anak Muda

  • Bagikan
Suasana Kondusif
Tokoh agama Romo Benny Susetyo. //NET
image_pdfimage_print

Realitarakyat.com – Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, Antonius Benny Susetyo, atau yang akrab dipanggil Benny, menyatakan bahwa bangsa Indonesia harus mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dalam bahasa kekinian, dan lewat pendidikan, kegiatan keluarga, serta teknologi, yang memberikan inspirasi kepada kaum anak muda, agar bersyukur bahwa Indonesia memiliki Pancasila, dalam Webinar dengan Tema “Merajut Kembali Identitas Kebangsaan Indonesia” yang dilaksanakan pada hari Sabtu (10/07/2021).

Acara dibuka oleh Terang Ukur Sinulingga (Ketua Harian Yayasan Bung Karno) dan dihadiri oleh berbagai tokoh, seperti Sukmawati Soekarnoputri (Dewan Pengawas Yayasan Bung Karno), Ahmad Muwafiq, atau yang sering disapa dengan Gus Muwafiq (Kyai Ulama Ponpes Sleman), Rusdi Hussein (Sejarawan), dan Agustina Hermanto (anggota DPRD DKI Jakarta) sebagai narasumber webinar. Acara dilaksanakan secara daring dan diikuti oleh kurang lebih 100 peserta dalam zoom meeting room.

Keynote speech dibawakan oleh Sukmawati yang menyatakan lewat sejarah, kita dapat belajar dari peristiwa-peristiwa penting untuk menuju masa depan, agar hati-hati melangkah. Semangat rakyat, sambungnya, dikobarkan, lewat perjuangan para tokoh bangsa.

“Saya juga berterima kasih kepada para narasumber yang ikut. Anak-anak milenial perlu belajar bagaimana semangat para tokoh bangsa tersebut, bukan dari pengalaman bangsa-bangsa lain,” tutupnya.

Dalam sesi pemaparan, Benny menyatakan dengan Pancasila suku-suku bangsa yang ada di Indonesia diikat sehingga secara utuh tanpa terkotak-kotak, menjadi satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia.

“Kita harus membangun sebuah toleransi, nilai-nilai agama harus bersatu dengan kultur. Jika agama dalam kultur, agama bisa menyejukkan, harmonis, karena dapat berkulturasi dengan budaya,” jelasnya.

Benny menjelaskan tentang persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini. Pertama adalah rasa kemanusiaan Indonesia yang hilang karena reduksi oleh kemajuan teknologi, gerakan eksklusifitas dalam beragama, sehingga kemajemukan Indonesia semakin terancam, dan hilangnya kesadaran bahwa bangsa Indonesia adalah satu bangsa.

“Kita menjadi tidak peduli dengan satu sama lain, hanya kelompok dan golongannya sendiri yang dianggap penting,” paparnya.

Pembumian Bhinneka Tunggal Ika, menurutnya, adalah mengarusutamakan kemajemukan di Indonesia. Pendidikan multikultural dan sejarah dari PAUD sampai Perguruan Tinggi sangat penting, serta dialog antar semua pihak, dan pembangunan religiusitas di kalangan bangsa Indonesia.

“Agar kita semua tahu peta bangsa dan masyarakat kita,” tambahnya.

Dia pun mengajak bangsa Indonesia untuk dapat mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila lewat pendidikan, hidup dalam keluarga, dan penggunaan teknologi, agar kaum anak muda mengenal dan mengerti, serta bersyukur atas nilai Pancasila yang dimiliki bangsa Indonesia, sebagai penutup paparannya.

Gus Muwafiq juga menyatakan ungkapan terima kasihnya kepada para pendiri bangsa, bahwa dengan semangat dan falsafah Pancasila, bangsa Indonesia menjadi bersatu dan tetap bertahan selama berpuluh-puluh tahun.

Menurutnya, sejak awal, bangsa Indonesia bukanlah bangsa yang sama, tetapi beragam dan memiliki cara hidup masing-masing. Dia menyebutkan bahwa para pendiri bangsa merumuskan agar bangsa yang beragam dan berbeda-beda menjadi satu.

“Mari semua dengan caranya masing-masing membudayakan Pancasila di Indonesia,” ajaknya seraya menutup paparannya.
Rusdi Hussein, dalam paparannya, menggali dari sisi perjalanan sejarah. Dia menyatakan bahwa Bung Karno menggali dari bahan-bahan dari sejarah, sehingga menghasilkan lima sila Pancasila.

“Pada saat founding fathers kita sepakat, hanya dalam waktu 15 menit, diterima (Pancasila) sebagai dasar negara. Itu adalah hal yang menakjubka, menunjukkan rasa toleransi,” jelasnya.

Sebagai narasumber terakhir, Agustina menyatakan bahwa anak muda diingatkan tidak boleh lupa dengan perjuangan anak-anak muda saat kemerdekaan Indonesia tahun 1945.

“Peran pemuda sangat penting dalam pembangunan nasional,” lanjutnya.

Anak-anak muda harus disadarkan, menurutnya, bahwa dapat memberikan perubahan besar di Indonesia. Lewat pendidikan politik, seperti webinar, atau video dan film, yang mengedukasi nilai-nilai Pancasila, jelas Agustina dalam penutupan paparannya, diperlukan untuk diadakan bagi anak-anak muda.[prs]

  • Bagikan