PDIP Klaim Pemerintah Tak Anti Kritik

rahmad

Realitarakyat.com – Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko meminta masyarakat tidak pesimistis dalam upaya keluar dari krisis pandemi virus Corona (Covid-19). Semua pihak tidak boleh berpolemik yang tak berdampak positif bagi penanggulangan pandemi ini, sekali pun oposisi.

“Sekali lagi terhadap yang disampaikan Kepala Staf Kepresidenan itu benar bahwa pemerintah tidak arti kritik. Tapi ingat, kritik itu membangun dan memberi solusi yang beda dengan nyinyir atau mengumbar pesimistis di kala kita perang melawan Covid-19,” ujar Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo dalam keterangannya, Senin(12/7/2021).

Menurut dia, komentar bernada pesimistis dan nyinyir dapat mengalihkan fokus pemerintah dan masyarakat dalam mengalahkan covid-19. Lebih dari itu, perbuatan tidak terpuji itu dapat membelah rakyat dan melemahkan bangsa.

“Maka hentikan lah komentar dan nyinyir bahkan yang hanya bertujuan untuk pencitraan serta kepentingan politik sempit. Sekarang saatnya bersatu menanggalkan perbedaan hingga kita menang melawan Covid-19,” tegas politikus PDIP ini.

Menurut legislator dapil Jawa Tengah V ini, semangat optimisme yang dibutuhkan rakyat supaya mampu melewat ujian panjang Covid-19. “Yang kita butuhkan sekarang optimisme, yakin, bahu-membahu, semangat, gotong-royong dalam melawan musuh tak terlihat yang bernama Covid-19,” ujarnya.

Gotong-royong merupakan energi yang mampu menanggulangi pandemi ini. Bangsa ini akan kesulitan tanpa semangat tersebut, terlebih jika terdapat politisi yang mengumbar kekhawatiran kepada rakyat.

“Itu yang membuat energi negatif yang dapat melemahkan upaya kita melawan covid-19. Juga soal lalat-lalat politik, di mana pun oposisi itu penyeimbang dalam membangun tujuan bangsa dan saat ini supaya Indonesia dapat mengalahkan Covid-19,” pungkasnya.

Terpisah, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai hanya Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko yang mengetahui siapa yang dimaksud lalat politik. Karena yang memperkenalkan dan mempopulerkan istilah ini pertama kali adalah Moeldoko.

“Sebagai teks politik tentu publik menerka-nerka siapa lalat politik. Yaitu mereka mereka yang mengkritik pemerintah tanpa solusi,” katanya.

Adi menjelaskan jumlahnya banyak pihak yang masuk lalat politik. Hampir tiap saat suara publik terus berdenyut. Rakyat ini tak bisa memberi solusi karena tidak memiliki kuasa. “Kuasa untuk memutuskan keputusan politik strategis,” tutupnya.

Sebelumnya Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko meminta masyarakat tidak pesimis dan menghindari pengaruh ujaran dari lalat politik. Ia meminta semua pihak mulai melepaskan perbedaan.

“Saya mengingatkan semua pihak, janganlah menjadi lalat-lalat politik yang justru mengganggu konsentrasi,” ungkap Moeldoko.

Dia menjelaskan bahwa lalat-lalat politik ini menggangu konsentrasi mereka yang bekerja keras. Para tenaga kesehatan hingga ASN saat ini bekerja keras agar bisa keluar dari krisis ini.

“Konsentrasi siapa? Mereka-mereka yang saat ini bekerja keras. Bahkan mempertaruhkan hidup dan mati. Para tenaga medis dan para ASN saat ini bekerja keras untuk kita semua,” tutupnya.[prs]