Pakar Sebut Indonesia Terancam Jika PPKM Darurat Gagal Turunkan Penyebaran Covid

Realitarakyat.com – Dewan pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan menyoroti PPKM darurat yang sedang berjalan. Menurutnya, Indonesia akan terancam jika PPKM darurat gagal menurunkan penyebaran Corona.

“Kalau kita lihat situasi ini, kan kita PPKM nggak tahu entah berapa lama. Tetapi satu hal yang ingin saya katakan, bila sampai akhir Juli atau 2 minggu ke depan PPKM tidak efektif secara kaitannya hasilnya untuk menurunkan atau melandaikan kasus Covid, kita tidak lagi mampu mengendalikan. Tidak hanya Pulau Jawa, kita ada di dalam ancaman untuk Indonesia,” kata Hermawan dalam diskusi virtual bertajuk ‘Jalan Terjal PPKM Darurat’ Sabtu (17/6/2021).

Hermawan menyebut 60 persen daerah di luar Jawa sudah masuk zona kuning hingga merah penyebaran Corona. Dia mengkhawatirkan kondisi tersebut bakal makin parah.

“Karena seluruh daerah di luar Pulau Jawa sekarang ya, kalau kita bergeser ke Sumatera, 60-70 persen zona itu sudah kuning ke merah, Ibu kota provinsi sudah merah semuanya. Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara, dan Sulawesi. Paling ada dua yang relatif masih aman, yaitu di Maluku dan Papua,” ujarnya.

Dia membuat perkiraan soal Corona varian Delta yang sudah menyebar di seluruh daerah. Menurutnya, jika penyebaran Corona di Jawa tak bisa ditekan, kondisi di daerah lain juga sama saja.

“Kita kadang lupa ada sebuah tren yang akan menghantam kita kalau kita tidak mampu mengendalikan Jawa dalam waktu yang cepat, maka sulit mengendalikan Indonesia,” ucapnya.

Hermawan pun menegaskan PPKM darurat tidak mungkin memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Dia menyebut PPKM darurat hanya bisa membuat landai penyebaran.

“Saya perlu tegaskan, PPKM itu tidak untuk memutus mata rantai. Itu yang harus diingat. Jadi kita tidak membayangkan kalau PPKM ini dijadikan alat untuk memutus mata rantai, karena tidak mungkin. Untuk melandaikan iya atau menunda sementara. Pertanyaannya, kalau landai, kalau menunda, terus, what next? Apa yang kita lakukan?” tuturnya.

“Kalau lockdown itu berbeda, lockdown itu betul-betul memutus pada suatu waktu, memang ada kerugian ekonomi, kerugian itu terukur, sehingga mitigasi setelah pandemi menjadi lebih mudah,” sambungnya.

Hermawan menyarankan pemerintah meningkatkan testing dan tracing kasus. Dia berharap ada 1 juta spesimen yang bisa dites per hari.

“Pertama, menaikkan angka testing dan tracing ini luar biasa dari yang ada saat ini. Sebenarnya sih kenaikan luar biasa ini relevan dengan kasus. Kalau sekarang kita misalnya punya kasus aktif 500 ribu, kasus suspek 220 ribu, jadi probable to case itu 750 ribu dan itu harusnya sudah 1,4-1,5 (juta) spesimen per hari, paling tidak kami berharap 1 juta spesimen per hari. Nah, sekarang kan masih 200 ribu, 250 ribu, itu masih jauh sekali. Kalau kita tidak mampu mengikuti kapasitas testing, ini berarti kita sudah tidak mampu mengikuti kecepatan laju penularan. Itu teori mendasar,” pungkasnya.[prs]