Realitarakyat.com – Gubernur Jabar Ridwan Kamil meminta pemerintah pusat meniadakan libur Idul Adha 2021. Pasalnya, momentum tersebut dikhawatirkan akan menimbulkan lonjakan kasus COVID-19.
Dalam webinar yang diselenggarakan BPK RI, Kamis (17/6/2021), Kang Emil mengatakan selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro berjalan dengan sangat efek dalam menekan laju pertumbuhan COVID-19.
“Selama PPKM Mikro itu sendiri sudah relatif baik, tetapi terdisrupsi libur panjang Idul Fitri. Ini pola yang terulang kemarin terdisrupsi libur Natal dan tahun baru,” ujar Kang Emil dalam paparannya.
Ia mengatakan, PPKM Mikro sempat menurunkan tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit dari 80 persen menjadi 63 persen – 40 persen, terendah tingkat keterisian tempat tidur mencapai 29 persen. Tepatnya, saat pelaksanaan Salat Id.
“14 hari setelah Idul Fitri mengalami lompatan, sekarang ke angka 60-an persen beberapa daerah sudah di atas 80 persen. Ini menunjukkan bahwa PPKM Mikro berjalan baik selama tidak terdisrupsi kegiatan yang bersifat massal,” ucap Emil.
“Kita merekomendasikan kepada pemerintah pusat agar libur Idul Adha itu ditiadakan sehingga PPKM Mikro yang sudah teruji ini bisa dijadikan standar,” ujar Emil.
Sebelumnya, Jawa Barat siaga menyusul lonjakan kasus COVID-19. Beberapa rumah sakit melaporkan tingkat keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) sudah tinggi.
“Tadi malam (Kamis) kita mencatat untuk keseluruhan Jabar bed occupancy rate itu 62,65 persen. Jadi kalau dibandingkan dengan minggu lalu ini pertambahannya cukup tinggi sehari nambahnya 2-3 persen dan ini sudah melewati standar WHO 60 persen. Kalau pak gubernur bilang ini sudah siaga, karena kami juga tidak menginginkan pasien-pasien ini nanti tidak mendapatkan pelayanan di rumah sakit karena memang bed kita penuh semua,” ucap Ketua Divisi Penanganan Kesehatan Satgas COVID-19 Jawa Barat Marion Siagian sebagaimana dilihat detikcom, Sabtu (12/6), dalam program Jabar Punya Informasi (Japri) yang diunggah pada YouTube Humas Jabar.
Marion mencontohkan kondisi rumah sakit di Bandung. Menurutnya, beberapa rumah sakit bahkan ada yang hampir mencapai titik keterisian penuh. “Misalnya di Kota Bandung. Kota Bandung punya kapasitas yang untuk hijau atau gejala ringan itu sebanyak 947 dan kini sudah terisi 767, berarti kan tinggi ya. Kemudian yang kuning 544 itu terisi 474 dan yang merah itu 79 sudah terisi 65,” tuturnya.[prs]