Nusron Wahid: Holding BUMN UMi Bantu Wong Kecil, yang Tolak Itu Antek Rentenir

asumsi

Realitarakyat.com – Anggota Komisi VI DPR RI, Nusron Wahid menegaskan bahwa integrasi ekosistem usaha melalui pembentukan holding BUMN Ultra Mikro (UMi) memiliki manfaat yang luar biasa besar bagi masyarakat dan melindungi mereka dari jeratan rentenir.

“Tidak usah dipolitisasi soal pembentukan holding BUMN UMi, ini untuk kepentingan masyarakat luas. Karena dapat mempercepat proses pembiayaan pelaku usaha ultra mikro. Supaya semua ter-cover pembiayaan (lembaga keuangan formal), dan bermigrasi dari rentenir. Yang kedua mempercepat pelaku usaha UMi naik kelas. Yang sebelumnya belum bankable jadi bankable,” kata Nusron dalam keterangannya, Jumat (25/6/2021)

Dia menegaskan, langkah strategis pemerintah melalui Holding UMi ini untuk mendukung keberlangsungan dan pertumbuhan usaha wong cilik. Langkah itu pun murni bentuk bisnis yang membumi dan jangan dipolitisasi.

Sebelumnya pemerintah melalui Kementerian BUMN mengambil langkah holding tiga BUMN yang selama ini fokus pada pemberdayaan UMKM. Holding tersebut melibatkan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI, PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM.

BRI telah mempublikasikan keterbukaan informasi melalui otoritas bursa, bahwa bank terbesar itu akan menjadi perusahaan induk holding BUMN sektor UMi yang diawali dengan pelaksanaan Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMED).

Pelaksanaan PMHMED BRI akan diikuti pemerintah yang memiliki Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Pemerintah menggunakan HMETD untuk menyerahkan saham (inbreng) miliknya di Pegadaian dan PNM kepada BRI.

Saham Seri B milik pemerintah di Pegadaian yang akan diserahkan berjumlah 6.249.999 saham atau 99,9%. Kemudian, 1.299.999 saham Seri B atau setara 99,9% di PNM juga akan dialihkan pemerintah. Pembentukan holding dilakukan demi mengintegrasikan kapabilitas setiap perusahaan guna melayani pelaku usaha ultra mikro, mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan lebih baik lagi.

Langkah itu dinilai politikus Golkar ini sudah sangat tepat. Dari data yang dimiliki pihaknya, saat ini ada sekitar 40 juta pelaku usaha UMi di Indonesia. Di segmen pelaku usaha tersebut, Nusron memperkirakan kapitalisasi bisnis perhari di kisaran Rp1 juta – Rp2 juta dan sulit tersentuh layanan produk keuangan formal.

Dia pun menyebut yang terlayani oleh lembaga keuangan formal itu hanya sekita 8 juta unit usaha UMi atau sekitar 20% saja. Nusron khawatir sisanya dilayani oleh praktik layanan jasa keuangan rentenir dengan bunga tinggi yang meresahkan masyarakat.

Oleh karena itu, menurut tokoh Nahdlatul Ulama ini dengan konsolidasi tiga BUMN dalam satu sektor lembaga keuangan di bawah BRI yang fokus ke mikro, akan terjadi backup dana. Dengan holding BRI dapat dengan mudah menempatkan dana di PNM dan Pegadaian. Sehingga, ekspansi pembiayaan Pegadaian dan PNM menjadi lebih ‘lincah’, efisien dan murah.

Dia pun menekankan, jika pihak-pihak penolak holding BUMN UMi secara tidak langsung melanggengkan praktik rentenir. “Karena itu kalau ada pihak yang menolak holding UMi ini adalah antek-anteknya rentenir. Langkah ini, adalah terobosan untuk mencapai target pemerintah meningkatkan akses keungan dari yang hanya 20% di segmen usaha UMi, juga menaik kelaskan pelaku usaha dan memperkuat ekonomi nasional,” tegasnya.

Menurut dia, holding tersebut akan memperluas akses layanan keuangan bagi pelaku usaha kecil. Segmentasi ekosistem ultra mikro didominasi oleh petani, pedagang tradisional, pemilik toko dan pekerja lepas.

Pelaku usaha ultra mikro dan UMKM, kata dia, merupakan tulang punggung dan kunci pemulihan ekonomi nasional. Sehingga harus diselamatkan dari dampak pandemi Covid-19. Dengan terbentuknya ekosistem usaha yang kuat melalui holding, dia berharap pelaku usaha ultra mikro dapat bangkit, berkembang, serta naik kelas.

“Holding akan membawa manfaat yang besar bagi ketiga BUMN tersebut. Sehingga nasabah bisa cepat berkembang usahanya. Jadi ini mutual benefit. Yang diuntungkan BUMN yang bersangkutan dan nasabah. Ini membuat usaha ultra mikro menjadi atraktif,” ujarnya menjelaskan.

Dia menyebut sinergi ketiga BUMN akan mengkolaborasikan masing-masing kekuatan perseroan. Keahlian setiap perusahaan pelat merah tersebut akan terhimpun dalam ‘satu rumah besar’ sehingga bisa membantu sebanyak-banyaknya pelaku usaha kecil supaya mereka bisa segera bangkit.

Melalui sinergi ekosistem ultra mikro ini, Nusron meyakini dapat menciptakan pilihan produk keuangan yang lebih variatif bagi pelaku usaha UMKM dan ultra mikro dan lebih menyerap tenaga kerja khususnya di lapisan masyarakat pra sejahtera.

“Secara jangka panjang, integrasi ini akan menjadi rumah besar pelaku UMI-UMKM Indonesia dimana mereka bisa berlindung, memperoleh bimbingan, berkembang dengan sustainable, dan naik kelas. Kami mendukung program ini, untuk meningkatkan jangkauan layanan kepada pelaku usaha kecil dan diharapkan meningkatkan lapangan pekerjaan bagi masyarakat pra sejahtera,” imbuhnya.

Sementara itu, Menteri BUMN Erick Thohir sangat optimistis holding BUMN UMi akan menjadi jawaban berbagai permasalahan yang dihadapi pelaku usaha di segmen ultra mikro.

“Tentunya pemerintah memiliki solusi besar untuk menunjukkan keberpihakan kepada sektor usaha ultra mikro. Ketika pemerintah berbicara tentang Indonesia maju, maka di dalamnya ada kemajuan segmen usaha ultra mikro melalui penguatan ketahanan ekonomi. Kami sudah memetakan sinergi yang dapat dilakukan BUMN untuk menguatkan keberpihakan kepada pengusaha ultra mikro,” ujar Erick.[prs]