Gelora: Disintegrasi Sosial Jadi Ancaman Besar di Masa Pandemi Covid

  • Bagikan
Gelora: Disintegrasi Sosial Jadi Ancaman Besar di Masa Pandemi Covid
image_pdfimage_print

Realitarakyat.com – Disintegrasi sosial menjadi ancaman paling besar dalam kehidupan berbangsa saat ini. Apalagi dengan masih tingginya kasus aktif Covid-19 yang merusak sendi perekonomian negara.

Demikian dikatakan, Ketua Umum (Ketum) Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anies Matta dalam diskusi yang digelar secara virtual, dengan tema “Pembelahan Politik di Jagat Media Sosial: Residu pemilu yang tak kunujung usai”, Selasa (22/6/2021).

Menurut Anis, berbeda dari sejumlah krisis yang pernah dialami bangsa Indonesia sebelumnya, ancaman disintegrasi sosial kali ini diperburuk oleh pembelahan politik.

“Terutama akibat Pilpres 2019 dan Pilgub DKI Jakarta 2017. Disintegritas sosial menjadi ancaman yang jauh lebih serius,” ujar Anis.

Hal itu karena Indonesia selain menghadapi krisis kesehatan Covid-19, juga krisis menghadapi ekonomi yang bisa berubah menjadi krisis sosial dan krisis politik.

“Sekarang kita menghadapi ancaman baru, yakni disintegrasi sosial. Tantangan ini muncul akibat pembelahan politik yang semakin dalam, berbagai peristiwa politik terjadi sejak Pilpres 2014 hingga sekarang,” ujarnya.

Bahkan dia menyebutkan kondisi ancaman disinterasi sosial juga diwarnai pertarungan geopolitik global yang bisa saja memengaruhi Indonesia, yakni antara China dan Amerika Serikat. Dia mencontohkan bagaimana masih banyak warga negara yang menolak vaksin buatan China, Sinovac sebagaimana diperoleh dari hasil survei Partai Gelora.

“Jadi banyak orang menolak vaksin Sinovac karena berasal dari China,” ujarnya merujuk hasil survei.

Kondisi ini, ujar Anis, membuat Partai Gelora sangat berkepentingan untuk mengkonsolidasikan Indonesia. Langkah tersebut diperlukan untuk membawa Indonesia keluar dari ancaman disintegrasi sosial dan pembelahan politik.

“Kita sedang menghadapi tantangan besar. Bukan hanya butuh konsolidasi tapi inovasi kolektif untuk keluar dari pembelahan yang membuat kita tak saling bertemu,” katanya.

Sementara itu, peneliti komunikasi politik, Guntur F Prisanto mengatakan kondisi sosial politik Indonesia mengalami pembelahan akibat munculnya era post truth atau era pascakebenaran. Kondisi itu, katanya, diwarnai perkembangan teknologi informasi yang memunculkan “kebenaran baru” yang sulit membedakan mana kebenaran sejati dan mana kebenaran intuisi.

Bahkan, Guntur melihat adanya fenomena baru dalam kehidupan sosial politik ketika berita yang viral lebih dianggap sesuatu yang benar ketimbang berita yang tidak mendapat banyak perhatian di kalangan pemirsa maupun pembaca.

Berita itu muncul di media sosial, juga di media-media mainstream sehingga berpotensi memunculkan pembelahan politik maupun disintegrasi sosial. Pada sisi lain tidak jarang berita muncul atas pelintiran (spin) sebuah fakta. Menurut Guntur, fakta yang sama bisa dimunculkan dengan persepsi berbeda karena di-spin oleh pembuat berita.

“Mereka mencoba membangun basis kebenaran yang berbeda, memberikan fakta tandingan atau kebenaran alternatif,” ujar Guntur.[prs]

  • Bagikan