FKUB Sebut Indonesia Bisa Bersatu karena Pancasila

Realitarakyat.com – Ketua Umum Asosiasi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Indonesia, Ida Pangelingsir Agung Putra Sukahet mengatakan Indonesia bisa bersatu karena Pancasila dengan Bhineka Tunggal Ika-nya.

“Sarasehan ini adalah sesuatu yang sangat tepat, tepat sasaran, hari yang baik, momentum karena diselenggarakan pada hari yang sangat membahagiakan, sedang memperingati hari kelahiran Pancasila,” sebut Ida Pangelingsir dalam keterangannya, Selasa (1/6/2021).

“Kita sangat yakin, kita sebagai bangsa Indonesia pada 1 Juni yang dikaitkan dengan sarasehan merajut kerukunan itu sesuatu yang sangat tepat karena sangat berkaitan,” ujarnya.

Mengapa? Karena selalu diingatkan bahwa bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote, tidak mungkin bersatu karena budaya, adat istiadat, suku bangsa.

Tidak mungkin menjadi Islam semuanya, Hindu, Kristen, Katolik, tidak bisa menjadi Minahasa semua, Jawa, Bali, disatukan karena Pancasila dengan Bhineka Tunggal Ika-nya.

Dia mengatakan saat berkunjung ke Sulut, khususnya Manado untuk berwisata, ditemui keramahan, penuh senyum yang membuat dirinya merasa aman, damai dan bahagia.

“Kerukunan, toleransi umat beragama di Sulut patut diacungi jempol, patut menjadi referensi bagaimana kerukunan itu dibangun, dijaga dan dirawat dengan sangat baik seperti yang sering didengar dasarnya yaitu torang semua ciptaan Tuhan, torang samua basudara (kita semua ciptaan Tuhan, kita semua bersaudara),” ujarnya.

Negara Indonesia yang sangat majemuk ini, lanjut dia, sungguh bergantung kepada kerukunan terutama kerukunan antaragama.

“Indonesia sangat majemuk, ada enam agama besar, ada ratusan suku bangsa, adat istiadat, bahasa daerah ada ribuan, beraneka ragam, dan itu mesti dikelola dengan sangat baik dengan manajemen sebaik-baiknya,” ujarnya.

Apabila salah salah manajemen, kalau kehidupan bangsa tidak rukun antaragama, maka tidak mustahil negara dan bangsa ini akan berantakan, pecah belah, hancur berkeping-keping, dan menjelma menjadi kekacauan, penderitaan, tangisan air mata dan tetesan darah yang tidak berkesudahan.

“Dan inipun sangat dipahami oleh kelompok-kelompok baik asing dan dalam negeri yang memang menginginkan Indonesia hancur, Indonesia tidak kuat, tidak mau Indonesia bersatu,” katanya.[prs]