Begini Fakta Dibalik Jeruji Kejati NTT

  • Bagikan
Begini Fakta Dibalik Jeruji Kejati NTT
image_pdfimage_print

Realitarakyat.com – Perbedaan keterangan tersangka Harum Fransiskus saat diperiksa sebagai saksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Kupang dan saat dilakukan rekonstruksi sangatlah jauh berbeda.

Saat rekonstruksi yang digelar di Kejaksaan Tinggi Nusa Tenggara Timur (Kejati NTT) pada tanggal 18 Februari 2021, tersangka Harum Fransiskus terlihat menangis karena merasa menjadi korban atas perbuatan tersangka Ali Antonius.

Harum Fransiskus dijadikan sebagai tersangka oleh Kejati NTT karena dinilai menghalang – halangi penyidikan kasus dugaan korupsi aset daerah (tanah) di Labuan Bajo,  Kabupaten Manggarai Barat karena diduga keterangan palsu dalam persidangan pra peradilan di PN Kelas IA Kupang.

Saat rekonstruksi di Kejati NTT tanggal 18 Februari 2021, Harum Fransiskus sambil menangis mengatakan bahwa Ali Antonius ” menari ” diatas mayat mereka berdua. Dimana, datang dari Labuan Bajo untuk menjadi saksi ternyata ditangkap oleh jaksa karena memberikan keterangan atas arahan dari tersangka Ali Antonius.

Bahkan, dalam rekonstruksi itu sempat terjadi cekcok (adu mulut) antara Harum Fransiskus, Zulkarnaen Djudje dan Ali Antonius namun berhasil ditenangkan oleh jaksa Herry C. Franklin, Hendrik Tiip dan Yupiter Selan.

Harum Fransiskus dan Zulkarnaen Djudje usai dilakukan rekonstruksi di Kantor Kejaksaan Tinggi Nusa Tenggara Timur (Kejati NTT), langsung digiring menuju ruang tahanan Kejati NTT dalam kondisi berlinang air mata.

Dalam kesempatan itu, wartawan berhasil melakukan konfirmasi selama 58 detik didepan pintu ruang tahanan Kejati NTT usai dilakukan rekonstruksi pertemuan di ruang kerja Bupati Manggarai Barat, Agustinus CH. Dula (mantan Bupati sekarang).

Dalam wawancara yang berdurasi 58 detik itu, Harum Fransiskus dan Zulkarnaen Djudje, secara bersama – sama mengakui bahwa keduanya diarahkan keterangannya oleh Ali Antonius saat menjadi saksi di PN Kelas IA Kupang saat sidang Pra Peradilan.

Bahkan, keduanya mengakui bahwa pertemuan antara mereka dan Ali Antonius terjadi dikediaman Ali Antonius. Dan, diarahkan oleh Ali Antonius untuk memberikan keterangan di PN Kelas IA Kupang saat menjadi saksi.

Meskipun menyangkali keterangan dan menyangkali apa yang dialami saat diruang tahanan Kejati NTT, namun Harum Fransiskus dan Zulkarnaen Djudje tetap diperlakukan seperti manusia jaksa.

Bahkan, penyidik Roy Riady yang disebut – sebut dalam persidangan saat Harum Franskus diperiksa sebagai saksi di Pengadilan Tipikor Kupang, Selasa (08/06/2021).

Berdasarkan kenyataannya, selama keduanya ditahan di ruang tahanan Kejati NTT, penyidik Roy Riady meminta istrinya (mantan Waka PN Oelamasi), untuk membuatkan sarapan pagi betupa nasi goreng untuk keduanya setiap pagi.

Bukan saja itu, Harum Fransiskus dan Zulkarnaen Djudje selalu dilayani oleh penyidik Kejati NTT dengan memberikan kopi pagi untuk kedua tersangka selama berada didalam tahanan Kejati NTT.

Selain Roy Riady, jaksa Hendrik Tiip dan Herry C. Franklin selalu mengunjungi kedua tersangka selama berada didalam ruang tahanan Kejaksaan Tinggi Nusa Tenggara Timur.

Kasi Penkum dan Humas Kejati NTT, Abdul Hakim, S. H yang dikonfirmasi wartawan, Rabu (09/06/2021) terkait perlakukan terhadap kedua tersangka, dibenarkan.

Dijelaskan Abdul, meskipun Harum Fransiskus menyangkal bahkan menyebut bahwa baju itu sebagai hadiah dari Roy Riady karena telah menandatangani BAP tidak mengurangi rasa kemanusiaan jaksa.

Kedua tersangka, lanjut Abdul, selalu dibuatkan sarapan pagi berupa nasi goreng oleh istri dari penyidik Roy Riady bahkan disuguhkan kopi.

Pengakuan itu bukan saja datang dari Abdul Hakim, pengakuan juga datang dari Herry C. Franklin dan Hendrik Tiip terkait perlakuan jaksa kepada Harum Fransiskus dan Zulkarnaen Djudje.

Keduanya mengaku bahwa jika tidak mengnjungi Harum Fransiskus dan Zulkarnaen Djudje di ruang tahanan Kejati NTT, dipastikan bahwa keduanya selalu menitipkan pesan melalui security agar keduanya dapat berkunjung ke ruang tahanan.

“Kalau tidak kunjungi mereka, pasti ada pesan dari security bahwa Pak Harum Fransiskus dan Zulkarnaen ada tanya mengapa tidak datang kunjungi mereka karena minta kopi sama rokok,” ujar Herry C. Franklin dan Hendrik Tiip.(rey)

  • Bagikan