Sempat Viral, Begini Kisah Gadis Cantik 16 Tahun yang Hidup Berdua Dengan Keponakan di Rumah Reot

  • Bagikan
Sempat Viral, Begini Kisah Gadis Cantik 16 Tahun yang Hidup Berdua Dengan Keponakan di Rumah Reot
image_pdfimage_print

Realitarakyat.com – Kisah kehidupan gadis cantik berusia 16 tahun bernama Siti Nuraida sempat viral di media sosial lantaran hidup berdua dengan keponakannya Avianza (9) di rumah reot Kampung/Desa Cimanggu, RT 2 RW 2, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Informasi itu pun sampai ke telinga Anggota DPR RI Dedi Mulyadi. Tak butuh waktu lama Dedi langsung menugaskan stafnya untuk berkunjung mewakili dirinya ke rumah Siti Nuraida yang berjarak sekitar 8 jam dari Lembur Pakuan Subang.

Sesampainya di lokasi melalui sambungan telepon Dedi berbincang dengan gadis yang masih duduk di bangku sekolah swasta kelas 10. Dalam perbincangannya terungkap bagaimana kisah Siti yang terbukti tangguh di usianya yang masih muda.

Siti mengisahkan ia kini tinggal berdua dengan keponakannya yang masih kelas 2 SD. Sehari-hari Siti tetap bersekolah sambil menunaikan tugasnya beres-beres, masak hingga mengurusi keponakannya.

“Sekarang tinggal berdua. Kalau biaya hidup dari kakak perempuan yang kerja di Jakarta. Rumah memang sudah rusak,” ujar Siti kepada Dedi Mulyadi melalui sambungan telepon.

Sementara itu ibunya meninggal saat Siti masih berusia 3 tahun. Sedangkan sang ayah menikah kembali dengan seorang perempuan saat Siti menginjak bangku SD. Sejak itulah sang ayah tinggal bersama istrinya dan sesekali pulang menengok Siti.

Pada awalnya Siti tinggal bersama dengan kakaknya. Kemudian sang kakak menikah dengan seorang pria dan memiliki anak. Beberapa waktu lalu sang kakak bercerai dan bekerja di Jakarta. Sementa anaknya kini tinggal bersama Siti.

“Kalau tidur di rumah ya berdua, enggak takut sudah biasa. Pagi jam 5 bangun siap-siap ke sekolah, terus pulang masak, beres-beres rumah, ngurus keponakan,” kata Siti.

Untuk memasak Siti terbiasa untuk mencari kayu bakar di hutan sendiri. “Bawa golok ke hutan untuk cari kayu bakar. Kalau air ada di rumah saudara. Beras buat makan dari bantuan, dikasih,” ucapnya.

Di sisi lain gadis yang bercita-cita menjadi Polwan ini sering dilemma karena meninggalkan keponakannya yang masih kecil sendiri di rumah saat ia sekolah. Terkadang Siti baru sampai rumah pada waktu Magrib lantaran minimnya transportasi dari rumah ke sekolah.

“Sekarang sekolah online dapat kuota pake kartu gitu sebulan, cuma enggak ada sinyal di sini,” katanya.

Di akhir perbincangan Dedi mengungkapkan kekagumannya pada Siti. Sebab di usianya yang masih muda ia masih mencari kayu bakar ke hutan dan hidup mandiri mengurus keponakannya.

“Neng (Siti) berbakat jadi Polwan soalnya sudah pemberani sejak kecil. Semangat terus sekolahnya ya. Jangan pernah menyerah, tetap mencari kayu bakar, tetap masak, tetap rawat keponakannya karena dengan seperti itu nanti akan terlatih mandiri,” ujarnya.

Melalui stafnya Dedi pun menitipkan bantuan untuk digunakan sehari-hari oleh Siti. “Jangan pernah menyerah. Jadikan keprihatinan keadaan hari ini yang serba kekurangan motivasi menjadi orang hebat,” ujar Dedi Mulyadi.(Din)

  • Bagikan