Divre Bulog NTB Ingkar Janji, Petani Dompu Blokade Jalansum Sumbawa

  • Bagikan
Pemkab Cianjur
Ilustrasi
image_pdfimage_print

Realitarakyat.com – Petani Puluhan di Kelurahan Kandai Dua Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, Jum’at malam (9/4/2021), melakukan aksi blokade jalan diwilayahnya.

Aksi blokade jalan ini, dipicu kekecewaanya, akibat Bulog Cabang Bima Divre NTB, respon ingkar janji untuk membeli gabah petani.

Syarifudin, Ketua Kelompok Tani So Tengah menyebutkan, sehari sebelumnya, Bulog Cabang Bima Divre NTB, janji akan membeli semua gabah petani di wilayahnya.

Harga yang disepakati saat itu, yakni sebesar Rp. 4.200 per kilonya. Namun kenyataanya, gabah petani itu hanya dibeli sebesar Rp.3.850 saja.

“Katanya semua, ini kok ada pembedahan,” katanya, Sabtu (10/4/2021).

Ditanya kualitas yang dijual apakah sesuai dengan standar HPP, Syarifudin menyatakan bahwa padi-padi yang dibeli itu kondisinya sedikit hitam dan bercampur lumpur. Sebab, wilayah Jadi tengah, pasca banjir yang melanda Kelurahan Kandai Dua awal April lalu itu, dampak banjir.

“Ya wajar jika kondisinya seperti itu, karena faktor banjir. Tapi seharusnya, apapun kondisi gabah itu Bulog yang merupakan bagian dari pemerintah, tidak memandang itu, ”tambahnya.

Aksi blokade jalan yang dilakukan itu, sempat mengganggunpengguna jalan lain. Warga baik dari kelurahan Monta atau kelurahan Simpasai, udah harus memutar akses Balibunga tembus Ginte.

Untungnya, blokade jalan itu tidak berlangsung lama. Babinsa Keluarah Kandai, Sertu Agus Salim bersama tokoh masyarakat lainnya, melakukan pedekatan.

Agus meyakinkan, hari ini, pihak Bulog bersama pemerintah Kabupaten Dompu, akan turun menjelaskan masalah yang benar terjadi. Dengan pendekatan tersebut, akhirnya, warga mau membuka blokade jalan yang menggunakan batu dan kayu itu.

Terpisah, Kepala Cabang Bulog Bima , Sawaludin Susanto menjelaskan, saat pertemuan dengan kelompok tani ini, sudah menunjukkan bahwa selain kadar udara, kadar hampa juga menjadi pertimbangan. Jika kadar hampanya tinggi, termasuk balutan lumpur, dikatakan Sawaludin, petani menerima jika relaksasi diberlakukan.

“Mereka sudah kami jelaskan, bawa yang dibeli sesuai HPP yakni Rp. 4.200 itu kadar air maksimal 25 persen dengan kadar hampa 10 persen, ”jelasnya.

Bahkan, Sawaludin juga menyarankan petani di wilayah tersebuut, yang masih banyak bulir hijaunya, untuk tidak melakukan penen dulu dan menunggu sampai padinya menguning semua.

Terkait dengan adanya balutan lumpur bekas banjir, kenyataan Sawaludin, itu masuk dalam kadar hampa. Sebab, padi yang dibeli Bulog itu nantinya akan digiling untuk dijadikan beras.

“Jika kondisinya terbalut lumpur, tentunya berasnya nanti akan menjadi hitam. Kan gak bagus, ”tambahnya.

Lagi pula, lanjut Sawaludin, saat turun melakukan Serapan Gabah, pihaknya sudah menjelaskan ke semua petani yang saat itu hadir. Bahkan ketua kelompok tani So Tengah, Syarifudin, juga sudah mengerti dengan penjelasan itu. Saat itu, cerita Sawaludin, petani sudah bersepakat jika kondisinya tidak bagus, bersedia di refaksasi.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan, seharusnya menjelaskan masalah ini. Sebab, pasca bertemu dengan petani saat menggelar Sergab di Kelurahan Kandai Dua, Bulog Bima, juga sudah bertemu dengan pemerintah daerah, menjelaskan temuan itu.(Din)

  • Bagikan