WHO Daftarkan Vaksin Covid-19 Milik Pfizer dan BioNTech untuk Penanganan Darurat

  • Bagikan
image_pdfimage_print

Realitarakyat.com – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendaftarkan vaksin virus corona (COVID-19) Pfizer dan BioNTech untuk penggunaan darurat, dalam upaya untuk mempercepat akses di negara berkembang.
Badan kesehatan PBB itu mengatakan akan bekerja dengan mitra regional untuk memberi tahu otoritas kesehatan nasional tentang suntikan dua dosis dan manfaat yang diantisipasi.
WHO menetapkan proses daftar penggunaan darurat (EUL) untuk membantu negara-negara miskin tanpa sumber daya peraturan mereka sendiri dengan cepat menyetujui obat-obatan penyakit baru seperti COVID-19, yang jika tidak dapat menyebabkan penundaan.
Tinjauan WHO menemukan bahwa vaksin Pfizer-BioNTech memenuhi kriteria harus dimiliki untuk keamanan dan manfaat kemanjuran lebih besar daripada risikonya.
“Ini adalah langkah yang sangat positif untuk memastikan akses global ke vaksin COVID-19,” kata Asisten direktur jenderal WHO, Mariangela Simao seperti dikutip dari Reuters, Jumat (1/1/2021).
“Tapi saya ingin menekankan perlunya upaya global yang lebih besar untuk mencapai pasokan vaksin yang cukup untuk memenuhi kebutuhan populasi prioritas di mana pun,” sambungnya.
WHO bersama dengan GAVI Vaccine Alliance dan Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI), mempelopori upaya global yang disebut COVAX untuk mengamankan dan mendistribusikan vaksin ke negara miskin, untuk memastikan suntikan tidak hanya ditujukan ke negara kaya.
Aliansi COVAX yang didukung WHO memiliki perjanjian untuk hampir 2 miliar dosis, dengan pengiriman pertama jatuh tempo pada awal 2021. Aliansi tersebut telah melakukan pembicaraan dengan Pfizer dan BioNTech untuk mengamankan vaksin.
Meski begitu, persyaratan penyimpanan dan pengiriman vaksin Pfizer / BioNTech yang menantang, termasuk menjaganya pada suhu minus 70 derajat Celcius, telah membuat pengiriman menjadi tantangan di negara barat, dan dapat menimbulkan rintangan yang lebih besar bagi negara berkembang tanpa infrastruktur yang memadai.
Vaksin ini mendapat dukungan peraturan dari Inggris, Badan Obat-obatan Eropa, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS, Kesehatan Kanada, Bahrain, Israel, Kuwait, Meksiko, Oman, Qatar, Arab Saudi dan Singapura.
Vaksin RNA messenger Pfizer dan BioNTech ditemukan 95 persen efektif setelah dua dosis terpisah 21 hari.[prs]

  • Bagikan