HNW Prihatin Banyak Kiai Meninggal Akibat Covid-19

  • Bagikan
image_pdfimage_print

Realitarakyat.com – Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid mengatakan dirinya prihatin dengan perkembangan Covid-19 yang menimpa Indonesia karena hingga kini virus tersebut belum ditemukan obatnya.
Ia juga mengatakan 1,2 juta vaksin yang sudah ada di Indonesia belum mendapat izin edar dari BPOM. Vaksin tersebut juga belum mendapatkan sertifikat halal MUI, bahkan uji klinis tahap 3 di Biofarma, lembaga yang menguji efektivitas dan keamanan vaksin tersebut belum keluar.
Padahal sampai saat ini jumlah korban terpapar Covid-19 di Indonesia sudah lebih dari 600 ribu orang dan 18.511 orang di antaranya berakhir dengan kematian. Sebanyak 207 dari yang meninggal adalah para kiai dan nyai.
“Berdasar data Rabithah Ma’hadiyah Islamiyah Nahdlatul Ulama (NU), sebanyak 207 kiai dan nyai meninggal, karena Covid-19. Lebih dari 3.000 santri dari 110 pesantren, terpapar Covid-19,” kata HNW sapaan akrabnya dalam keterangannya, Minggu (13/12/2020).
Pernyataan ini disampaikan olehnya pada acara Temu Tokoh Nasional-Keagamaan kerja sama MPR RI dengan Pimpinan Daerah (PD) Dewan Masjid Indonesia (DMI), Jakarta Pusat.
Acara tersebut berlangsung di Hotel Arjuna Puncak, Cisarua, Bogor, Sabtu (12/12/2020). Tema yang dibahas adalah ‘Dengan Semangat Keagamaan Kita Tingkatkan Persatuan dan Kesatuan Umat’.
HNW menjelaskan jumlah tersebut baru berasal dari pesantren di lingkungan NU, sementara pondok pesantren di luar lingkungan NU jumlahnya mencapai 50%. Artinya jumlah kiai dan nyai yang meninggal akibat Covid-19 berpotensi lebih besar, demikian pula jumlah santri dan pondok pesantren yang terpapar COVID-19, mungkin bisa lebih banyak lagi.
Selain korban meninggal dunia, Covid-19 juga disebut meruntuhkan berbagai sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Hampir setahun lamanya dunia pendidikan tidak dapat melaksanakan kegiatan secara normal.
Selama itu pula banyak sektor usaha yang mengalami kebangkrutan dan gulung tikar. Pengguran serta hutang negara juga terus bertambah akibat Covid-19.
“Kondisi semakin parah, tapi kita tidak tahu kapan krisis akibat pandemi Covid-19 ini akan berakhir. Tetapi situasi ini tidak boleh membuat bangsa Indonesia, terpecah belah dan tercerai berai. Umat harus berjuang untuk tetap bersatu padu,” katanya lebih lanjut.
Menurutnya kesatupaduan umat terbukti menyelesaikan persoalan bangsa, seperti ketika Indonesia terancam dijajah kembali, mulai dari resolusi jihad yang dikumandangkan KH. Hasyim ASy’ari, arek-arek Surabaya, kiai dan santri, keluar dari pondok untuk mengangkat senjata melawan penjajah.
Ia menjelaskan pada pertemuan para ulama (Kongres Umat Islam) di Yogyakarta, 7-8 November 1945, diputuskan mendukung Fatwa Resolusi Jihad yang dikumandangkan KH. Hasyim Asy’ari. Keputusan serupa diambil PB Muhammadiyah yang mengumandangkan Amanat Jihad pada 28 Mei 1946.
“Semua bersatu, hingga upaya terakhir Belanda memecah belah NKRI pun berhasil digagalkan M. Natsir yang mengeluarkan Mosi Integral M. Natsir. Mosi tersebut menolak RIS bikinan Belanda dan kembali ke NKRI,” katanya.
Ia percaya kesulitan apapun akan bisa diatasi asal bangsa Indonesia memegang teguh prinsip persatuan dan kesatuan. Ia juga mengatakan dari dulu bangsa Indonesia terbukti teruji mampu mengatasi segala persoalan bangsa berkat persatuan dan kesatuan.
“Kegentingan menyoal dasar dan ideologi Pancasila, juga sempat terjadi sesaat setelah Indonesia merdeka. Tetapi, berkat keikhlasan para ulama menghilangkan tujuh kata dalam Piagam Jakarta, selamatlah NKRI dari perpecahan,” katanya lagi.
Sebagai informasi, acara tersebut juga dihadiri oleh Ketua DMI Provinsi DKI Jakarta, KH. Makmun Al Ayubi; Ketua DMI Kabupaten Bogor, KH. Tubagus Irwan Kurniawan; Penasihat DMI Jakarta Pusat, KH. Ahmad Badhowi; Penasihat DMI Jakarta Pusat, KH. Ahmad Fanari; Ketua DMI Jakarta Pusat, Ustaz Syawaluddin Hidayat, serta Sekjen DMI Jakarta Pusat, H. Muhamad MPD.[prs]

  • Bagikan