Analis: Penjualan Rudal AS Tak Terlalu Berdampak pada Pertahanan Taiwan

  • Bagikan
image_pdfimage_print

Realitarakyat.com – Pada akhir Oktober, Amerika Serikat(AS) mengizinkan penjualan 400 rudal jelajah anti-kapal Harpoon, bersama dengan peluncur mobile, radar, dan dukungan teknis terkait ke Taiwan. Langkah Amerika ini mengabaikan kemarahan China yang sejak awal sangat menentang penjualan senjata ke pulau yang telah memiliki pemerintahan sendiri tersebut.
Nilai kesepakatan penjualan rudal Harpoon dan perangkat pendukungnya mencapai USD2,37 miliar. Rudal Boeing Harpoon Block II akan melengkapi 100 Unit Transporter Peluncur Sistem Pertahanan Pantai Harpoon, 25 truk radar, empat rudal latihan, suku cadang, dan dukungan sebagai bagian dari kesepakatan.
Jerry Song, editor senior majalah Defense International yang berbasis di Taiwan, mengatakan, Taiwan sudah memiliki rudal Harpoon yang dapat diluncurkan dari kapal selam, kapal, dan pesawat. Rudal darat, jelasnya, akan mengisi celah dalam sistem yang dimiliki Taiwan.
Menurut Song Zhongping, analis militer yang berbasis di Hong Kong, penjualan rudal ini akan cukup signifikan menambah kekuatan militer Taiwan. Namun, dia menyebut, ini tidak cukup untuk menghalau serangan dari China, jika akhirnya Beijing memutuskan untuk mengambil jalur militer.
“Meskipun (kesepakatan) akan sedikit meningkatkan kemampuan serangan Taiwan jika dibandingkan dengan masa lalu, Taiwan tidak dapat bertahan dalam perang nyata dan hampir tidak dapat membuat perubahan apapun pada keseimbangan militer antara Beijing dan Taipei,” ucap Song.
“Karena militer China dapat menyerang dan menghancurkan unit-unit penyerang itu dengan semua jenis senjata yang dipandu dengan presisi,” sambungnya, seperti dilansir South China Morning Post.
China sendiri telah menjatuhkan sanksi kepada Boeing, Lockheed Martin, dan Raytheon atas penjualan senjata Amerika ke Taiwan.
“Untuk melindungi kepentingan nasional kami, China memutuskan untuk mengambil tindakan yang diperlukan dan mengenakan sanksi kepada perusahaan AS, seperti Lockheed Martin, Boeing Defense, dan Raytheon, serta individu dan perusahaan yang berperilaku buruk dalam proses penjualan senjata,” ucap juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian.(Din)

  • Bagikan